Minggu, 12 Juni 2016

(UBP Part 7) HARI-HARI DI MEKKAH (1)


Tulisan sebelumnya
(UBP Part 6) Hari-Hari di Madinah (2)

Hari 4
Kamis, 26 Mei 2016

Perjalanan Madinah-Mekkah terasa sangat lama, dengan pemandangan gurun yang tiada habisnya.

Sunset di gurun
Kurang lebih pukul 19.00 bis sampai di Mekkah, namun bis tertahan karena sudah masuk isya, tidak bisa berhenti di depan penginapan. Dengan sukarela jamaah berjalan dengan koper dan tentengannya masing-masing menuju hotel, tidak terlalu jauh hanya kurang lebih 300m. Tentunya beban lebih berat dari sebelumnya karena rata-rata jamaah berbelanja oleh-oleh di Madinah, saya sendiri sudah bertekad sepenuh hati untuk tidak membeli apa-apa di Mekkah.



Hotel di Mekkah lebih kecil dari pada di Madinah, baik kamar maupun ruang makannya.


Saya dan Rie berada di lantai paling atas, persis sebelah kamar, ada pintu kemana saja pintu keluar semacam ada lobi, ternyata banyak tali-tali jemuran di situ, kami beruntung sekali. Selama di Madinah atau di Mekkah jangan ragu untuk mencuci, bawa saja deterjen, cuci di kamar mandi, gantungkan, satu malam saja sudah kering, apalagi jika dijemur di luar, 2 jam kering, 8 jam keriting mungkin. Jadi bawa baju sedikit pun tidak masalah, karena bisa mencuci.

Cara merendam pakaian ala Rie :D

Jam 22.00 kami berkumpul di lobi untuk menuju Masjidil Haram. Pa Ustadz memberikan kartu nama hotel dan petunjuk ciri-ciri hotel agar kami tidak tersesat.

Jarak hotel ke Masjidil Haram kurang lebih 800m, ditempuh 15 menit berjalan kaki.

Waktu nyasar tetep aja ga bisa baca peta ini
Saat melihat kabah, saya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, rasanya terharu, bahagia, dan perasaan-perasaan lain yang membuat air mata deras mengalir, sujud syukur bisa berada di Baitulloh, rumah-Mu ya Alloh. Impian saya bertahun-tahun terbentang di depan mata, Ka’bah, Masjidil Haram yang jika sholat di dalamnya bernilai 100.000 kali lipat. Sungguh tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.



Hari 5
Jumat, 27 Mei 2016

Pa Ustadz sudah wanti-wanti jika mau kebagian sholat jumat di dalam Masjidil Haram harus berangkat satu jam sebelumnya. Rupanya ibu-ibu agak bablas istirahatnya karena semalam sama sekali tidak tidur, ibadah umroh baru selesai jam 3 pagi.


Jadilah kami terlambat berangkat, jalanan sudah penuh sekali oleh orang-orang yang mau mengikuti sholat jumat di Masjidil Haram. Saya cukup takjub dengan begitu banyaknya orang di Mekkah, dari berbagai negara berbagai ras. Agak berbeda dengan Madinah yang lebih sepi.

Kami diarahkan untuk sholat jumat di bagian perluasan mesjid dengan jarak yang lebih jauh. Cuaca saat itu sangat panas berkisar antara 43 derajat.

Tips  8:
“Setiap menuju mesjid di siang hari, bawalah handuk kecil, basahi, ujung satunya untuk masker, satunya lagi taruh di atas kepala, biar otak tidak mendidih. Persiapkan dari tanah air, botol spray kosong, isi air zamzam, jika kepanasan, langsung saja semprotkan ke wajah, biar tetap adem dan teduh.” *pohon keuleus*

Hari 6
Sabtu, 28 Mei 2016

Tips  9:
“Selalulah menundukkan pandangan dan hati, banyak-banyak istighfar. Karena azab-Ku sangat pedih.”

Di Mekkah orangnya ribuan, bahkan puluhan ribu, banyak hal berbeda yang kita lihat. Mulai dari wajah-wajah yang teramat sangat rupawan, cara sholat yang berbeda-beda, cara berpakaian, perilaku orang-orang yang menurut kita aneh dan berbagai macam hal lain yang tidak lazim. Rasanya mulut gatal ingin komentar. Tapi plis, harus ditahan dengan istighfar.




Saat khilaf, bisa jadi kita mendapat teguran instant, tidak ada sebab apa-apa, tersenggol oleh orang lain, tertabrak, tersiram air, terinjak, tersikut, bahkan  menurut Anni yang pernah mengalami, azab paling pedih adalah kaki tergilas kursi roda, karena tanpa dikomando air mata keluar karena menahan sakit. Saya juga sempat kesasar mungkin karena tidak fokus, kebanyakan celingukan lihat dagangan.

Hari-hari di Mekkah rasanya waktu berjalan dengan sangat cepat, kehidupan kami sangat berbeda dari biasanya, bangun sebelum subuh, ke masjid, pulang ke hotel, makan, ke masjid, ke hotel makan, begitu terus sampai isya. Istirahat hanya 3 sampai 4 jam, karena waktu malamnya memang pendek, isya pukul 20.35. Baru sampai hotel bisa pukul 22.00. Pukul 03.00 sudah berangkat ke mesjid lagi. Sangat membahagiakan memiliki rutinitas seperti itu, fokus ibadah, ibadah dan ibadah.


Lokasi kami sholat di masjidil Haram berbeda-beda tergantung jam kedatangan. Jika datang cepat, paling spesial  adalah bisa sholat di pelataran kabah, jika agak terlambat sholat di lantai dua atau basement. Pernah sangat terlambat sampai tidak bisa masuk Masjid karena di jalan-jalan dan emperan toko pun sudah penuh orang yang sholat, akhirnya melewatkan berjamaah di Masjidil Haram dan baru bisa masuk setelah jamaah lain bubar.


Bapa diapit buibu

Siang hari diselingi beberapa kali tour. Saat ke Jabal Nur, ditawari Pa Ustadz kalau-kalau ingin mendaki sampai Gua Hiro, tapi praktis semua menggeleng, rasanya imposible mendaki gunung di cuaca seekstrim itu. Kalaupun mau harus malam hari. Malam hari setelah isya pun, start jam 11 malam, 4 jam mendaki pulang pergi, bisa-bisa kami ketinggalan sholat subuh berjamaah di Masjidil Haram. Cukuplah melihat dari bawah saja, insya Alloh hikmahnya sama.


Yang memungkinkan didaki adalah Jabal Rahmah. Bukitnya pendek, hanya 15 menit mendaki. Jabal Rahmah sangat terkenal karena merupakan tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa, di sini adalah tempat mustajab untuk meminta jodoh. Namun dari penjelasan Pa Ustadz, hal tersebut tidak kuat sumbernya. Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu di Arafah, sedangkan untuk doa meminta jodoh, tidak perlu mengkhususkan di Jabal Rahmah, bisa di mana saja, kapan saja.

Suasana di puncak Jabal Rahmah
Oh..baiklah rupanya niat saya ke Jabal Rahmah juga perlu diluruskan lagi. Di puncak Jabal Rahmah banyak tulisan-tulisan vandalisme ala-ala ABG. Ada juga bertebaran foto-foto pasangan yang kabarnya jika disimpan di puncak Jabal Rahmah akan langgeng/berjodoh. Astagfirulloh, jangan sampai jauh-jauh datang dari tanah air malah melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang disyariatkan.

Tips 10:
“Jangan mau dipotretkan oleh fotografer setempat, karena biasanya minta harga mahal sekali tidak sesuai kesepakatan.” 

Pa Ustadz bercerita, beliau menolong jamaah travel lain yang dipotret oleh fotografer. Kesepakatan awal hanya 10 riyal satu kali foto. Namun fotografer memotret 10 kali dan dia meminta 100 riyal. Akhirnya setelah perdebatan sengit jamaah hanya membayar 20 riyal.

Selpi sama Anni..gratiss

Bersambung ke

1 komentar:

  1. Assalamualaikum mbak. Mau tanya, apakah air zam2 yang dibeli disana bisa dibawa ke kabin atau harus masuk bagasi pesawat?

    BalasHapus