Tulisan sebelumnya
(UBP Part 5) Hari-Hari di Madinah (1)
Hari 2
Selasa, 24 Mei 2016
Tips 6:
“Bersegeralah sarapan selepas subuh, jika berdiam di Masjid menunggu dhuha bisa kehabisan sarapan.”
Begitulah sarapan pertama di Madinah, terlambat, sehingga sarapan sudah habis, ternyata pukul 05.00 sarapan sudah tersedia. Kalau ibu-ibu masih bisa mengambil makan di tempat catering lain, kalau bapak-bapak harus puas dengan sarapan roti saja, namun sesaat sebelum meninggalkan ruang makan petugas catering memanggil para bapak dan memberikan 2 piring nasi lengkap dengan lauk, katanya “Ini tadi dipisah untuk jamaah lain, tapi ternyata mereka sudah makan.” Alhamdulillah rezeki.
Selama berada di Madinah rasanya waktu berjalan begitu lambat. Bukan karena tidak betah, namun sangat ingin cepat-cepat sampai ke Baitulloh Mekkah Al Mukaromah.
Kota Madinah sangat bersahabat
Menara jam di depan pintu utama Masjid Nabawi |
“Ketika nawar saat berbelanja, lalu pedagang beristighfar dan mengatakan kita bakhil alias pelit, tolong jangan kaget, tersinggung apalagi baper, selow saja, itu hanya trik pedagang untuk membuat kita merasa bersalah dan menyetujui harga yang mereka tawarkan.”
Nunggu istri belanja ya pa..hehe |
Hari 3
Rabu, 25 Mei 2016
Cuaca tidak menghalangi kami lalu lalang di Madinah. Pa Ustadz mengajak kami berkunjung ke beberapa museum dan tempat bersejarah, seperti Museum Asmaul Husna, Museum Nabi Muhammad Saw. Banyak sekali pelajaran yang didapat dari dua museum ini, betapa manusia itu kecil dibandingkan dengan Dzat Sang Pencipta, tidak pantas menyimpan kesombongan sekecil apapun di dalam diri.
Menuju Museum |
Museum Asmaul Husna |
Miniatur Rumah Rosululloh SAW dan Masjid Nabawi |
Kami juga berziarah ke Mesjid Quba, Percetakan Alquran, Jabal Uhud dan pemakaman Syuhada Uhud.
Masjid Quba |
Jabal Uhud |
Malam hari ini, pa Ustadz mengajak kami makan malam di tempat special, yaitu di kebun qurma. Selepas isya kami berkumpul untuk langsung menuju lokasi menggunakan mobil toyota Hiace. Jangan membayangkan mobil Hiace ekslusif seperti di indonesia, seperti mobil elf biasa. Saya sampai mengecek bagian belakang mobil apa benar ini Toyota Hiace. Ternyata memang benar, hanya tahunnya saja yang sudah lama.
Makan malamnya di sebuah ruangan dengan dekorasi ala-ala timur tengah, makanan disajikan dalam nampan besar, nasi (yang panjang-panjang) dengan ayam panggang satu ekor. Enak, namun karena terlalu malam dan sudah lelah, ibu-ibu tidak bisa menghabiskan makanannya, bapak-bapak yang makanannya sudah habis agak gengsi untuk membantu menghabiskan makanan bagian ibu-ibu, sayang sekali jadi mubadzir.
Sebelum pulang tentunya berbelanja dulu karena memang di situ tersedia berbagai macam qurma dan makanan khas lain. Namun harganya ternyata tidak semurah di toko-toko dekat Masjid Nabawi, jadi belanja sekedarnya saja.
Hari 4
Kamis, 26 Mei 2016
Hari terakhir di Madinah kami kembali ke Raudhoh, memilih pergi di pagi hari pukul 09.00 karena kabarnya lebih sepi. Dan memang benar, askar (polisi) wanita memisahkan jamaah Timur Tengah dan Asia dalam antrian berbeda. Jadi tidak ada kejadian berdesakan atau saling sikut, dorong seperti keadaan di malam hari. Alhamdulillah ternyata kami bertemu lagi dengan Ustadzah Yuni yang sedang mengantar jamaah dari travel lain, kami kembali dibimbing dan dipandu sampai Raudhoh. Suasana lebih sepi dan bisa sholat dengan khusyu.
Jamaah Timur Tengah dan Asia dipisahkan |
Masjid Bir Ali |
Salah satu sudut Masjid Bir Ali |
Ada juga pohon qurma yang sedang berbuah, kurma muda ini berkhasiat untuk yang ingin punya momongan |
Sebelumnya Pa Ustadz sudah memberikan penjelasan secara mendetail tentang tata cara umroh. Kami memutuskan untuk melakukan satu kali umroh. Karena Rosul mencontohkan demikian, satu kali umroh untuk satu kali safar. Adapun beberapa travel yang melakukan umroh berkali-kali dalam satu safar dan mengambil miqot dari tempat-tempat yang berbeda, tentunya memiliki pertimbangan lain.
Bersambung ke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar