Sumber: google.com |
Tulisan sebelumnya
Maret 2016
Dua bulan menjelang keberangkatan, kami mulai resah, kira-kira jadi tidak ya berangkat, kok belum ada kabar juga. Akhirnya kami (saya dan Nia) bersepakat untuk sama-sama belajar dan mem-backup leader ikut mengurusi umroh backpacker, mencari banyak info dan mengetahui dengan mendetail prosesnya.
Pembelajaran dimulai dengan mencari tahu penyebab kegagalan pemberangkatan bulan februari lalu. Ini cukup signifikan karena kami harus membayar reschedule pesawat Rp.1,7jt-an.
Alasan tidak berangkat adalah kehabisan kuota. Saya mencari tahu dari internet tentang kuota umroh ini, tapi rasanya masih kurang paham. Tiba-tiba teringat salah satu teman SMA yang pernah posting tentang umroh backpacker, mungkin sejak lulus SMA belasan tahun lalu tidak pernah kontak, tapi saya coba japri di FB, semoga masih ingat. Dan alhamdulillah tersambung. Namanya Sari, pernah ikut umroh backpacker tahun 2015 kalau tidak salah.
Sari banyak memberikan informasi tentang umroh backpacker berdasarkan pengalamannya.
- Kuota umroh
- Perbedaan harga visa di bulan-bulan tertentu
- Proses pengajuan visa, mengapa visa umroh tidak bisa diajukan perorangan, mengapa travel jarang memberikan layanan visa saja, namun selalu include dengan Land Arrangentment (LA) dan hal-hal berkaitan dengan pengajuan visa seperti manifest, MOFA (Ministry of Foreign Affairs), muasasah
- Teknis umroh, tentang biaya Land Arrangement (LA): hotel, transport, muthowif/pembimbing, makan, bagasi handling, bahkan bagaimana menandai koper saat di bandara
Beberapa penjelasan bisa dibaca di sini.
Sumber: www.umrohbackpacker.id |
Sari menceritakan pengalamannya menggunakan travel KAFILAH AKBAR (KA), sebelum memutuskan Sari sudah melakukan survey ke beberapa travel penyedia layanan backpacker, dan KA lah yang paling recommended.
Saya sampaikan semua informasi ke grup, saya ajukan juga untuk menggunakan travel KA, karena saya pikir tidak perlu lah mengulangi poses seperti yang Sari lakukan untuk survey-survey ke travel lain.
Saya jadi paham betul kenapa bulan februari tidak jadi berangkat, memang sudah ketentuan Alloh, yang menyuruh kami untuk belajar. Saat itu tidak satu pun dari kami yang fokus, bahkan leader sekalipun. Kami mempercayakan semua pada leader, leader mempercayakan semua pada travel rekannya. Jadi bagaimana bisa berangkat kalau tidak ada yang fokus, padahal umroh backpacker tidak sesederhana umroh reguler yang hanya daftar, bayar, lalu menunggu informasi untuk berangkat.
Yang kami lakukan selanjutnya adalah mempelajari seluk beluk umroh backpacker dan memastikan bahwa travel yang kami pilih memiliki komitmen tinggi untuk membantu pengurusan umroh backpacker dengan serius.
Alasan travel sebelumnya karena kehabisan kuota, kurang bisa diterima. Kunjungan ke travel KA pun dilakukan untuk memastikan hal tersebut dan alhamdulillah, KA sangat berkomitmen dan banyak memberikan informasi karena sudah berpengalaman dalam pengurusan umroh backpacker.
Perbedaan mendasar umroh backpacker dan reguler adalah masalah risiko, jika reguler apabila visa tidak keluar atau terjadi hal-hal diluar dugaan risko ditanggung oleh travel penyelenggara, berbeda dengan umroh backpacker yang risikonya ditanggung oleh masing-masing individu.
Proses diawali dengan pembuatan itinerary, diputuskan akan ke Madinah dulu sebelum ke Mekkah, pertimbangannya supaya saat ibadah umroh di Mekkah tidak terlalu lelah, sudah sempat istirahat di Madinah, dan juga agar kenangan di Mekkah lebih diingat sesampainya di tanah air. Karena mengikuti jadwal pesawat kami berada di Arab hanya 8 hari (3 hari Madinah, 5 hari Mekkah).
Penentuan LA tidak lepas dari diskusi-diskusi nan panjang dan lama, siang dan malam. Menentukan mau umroh berapa kali, mau tour kemana, hari apa, hotel apa, transport, berapa kamar, kamarnya dual/triple/quad, makan di bandara ada atau tidak, makan mandiri atau ikut catering selama ibadah, muthowif berapa kali, pakai handling bagasi atau tidak dan lain-lain.
Umroh backpacker karena sifatnya arrange sendiri jadi sangat terbuka dengan masukan. Terlalu banyak masukan ternyata memusingkan juga.
Kombinasi berbagai aspek dalam LA menghasilkan biaya yang berbeda-beda, LA untuk 9 orang, di luar visa dan makan awalnya $659, selanjutnya muthowif dikurangi, hotel diganti, dan kamar disesuaikan lagi menghasilkan LA $564.
Baca tentang VAKSIN MENINGITIS
Bersambung ke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar