Rabu, 21 September 2016

SEMERU TAK SAMPAI (2)


Pukul 09.00 menjejakkan kaki di stasiun Malang.

Hal pertama ketika sampai di stasiun Malang adalah mencari dua orang teman, Mas Agi dan Toni, tidak sulit karena stasiunnya tidak terlalu besar. Dengan cepat saya bisa menemukan mereka.

Saya tidak merasa asing, kota Malang begitu mirip dengan Bandung. Udara sejuk karena dikelilingi pegunungan dan orang-orang setempat yang ramah membantu para pendatang, sungguh mirip.

Menuju basecamp Ranupane secepat mungkin itulah yang ada dalam benak saya. Namun, tidak semudah itu. Surat keterangan sehat dua orang teman saya ternyata ketinggalan.

“Kenapa ga bawa?”
“Lupa”
“Kenapa lupa?”
“Buru-buru juga berangkat, kemarin aja sampai naik gojek ke stasiun.”
“Harusnya udah disiapin, aku kan udah beberapa kali ingetin, kenapa masih lupa, bla..bla..bla dst.”

Sementara saya ngomel panjang dan lebar, Mas Agi dan Toni sudah berlalu menuju Puskesmas terdekat. Tapi mereka kembali dengan tangan kosong.

“Kenapa?”
“Puskesmasnya ga ada dokternya”
“Kok bisa, ini kan hari sabtu, harusnya stand by dong dokternya, trus gimana, harus buat di sini lho, ga bisa di Pasar Tumpang, di sana pasti…bla..bla..bla..dst.”

Sementara saya bicara panjang lebar, Mas Agi dan Toni sudah berlalu menuju klinik entah di mana.

Tinggallah saya sendiri di pangkalan angkot. Saya menghampiri yang namanya Mas Mamik, yang akan membantu transportasi kami ke Pasar Tumpang.

Bagi yang pernah ke Semeru, Mas Mamik ini pasti tidak asing, ia adalah koordinator angkot, mengatur perputaran angkot, penumpang, negosiasi harga dll. Kata Mas Agi, bahkan polisi saja nampak hormat terhadap Mas Mamik, wah menarik.

Saya bercerita mengapa hanya bertiga saja, Mas Mamik hanya tertawa dan geleng-geleng kepala menyimak cerita saya. Saya bersikeras untuk pergi ke Ranupane secepatnya, namun Mas Mamik menyarankan untuk menunggu rombongan lain, “Harga carter angkot dari Malang ke Pasar Tumpang memang murah hanya RP.120.000, namun dari Pasar Tumpang ke Ranupane, harga sewa jeep Rp.500.000, pastinya berat jika hanya ditanggung bertiga.” Saya pun manggut-manggut menyetujui.

Rasanya saya ngobrol lama sekali tentang banyak hal, tentang kota Malang, tentang AREMA yang akan berulang tahun, tentang Semeru, sampai tentang masa kecilnya Mas Mamik. Saya malah sempat ke warung, pesan untuk makan siang, beli jajanan, ke toilet, namun Mas Agi dan Toni belum kelihatan juga, rupanya klinik yang dimaksud cukup jauh.

Mas Mamik menemukan satu rombongan berisi 4 orang yang bisa digabung dengan rombongan kami.

Akhirnya Mas Agi dan Toni datang.

“Kenapa lama?”
“Jauh”
“Naik angkot kek atau naik ojeg”
“Iya, tadi dokternya juga ngajak ngobrol.”
“Ya ampun, bilang dong sama dokternya lagi buru-buru, tuh ada rombongan lain nungguin.. bla..bla..bla..dst.”

Entahlah, sedari pagi banyak sekali kata-kata yang keluar, mungkin itu semacam penyaluran energi untuk meminimalisir keresahan saya.

Kami akhirnya sepakat untuk Simaksi bersama dengan 4 orang grup lain, sebut saja grup RTV, karena 3 orang diantaranya pernah bekerja bersama di stasiun TV tersebut. Sedangkan satu orang lainnya adalah kawan mereka yang ditemui saat pendakian Rinjani, namanya Bang Gepeng. Bang Gepeng ini sudah pernah ke Semeru dan nampak seperti pendaki pro, jadi segala sesuatunya kami percayakan padanya.

Siap-siap di Pasar Tumpang

Pukul 12.00 sampai di Pasar Tumpang. Setelah mengisi formulir simaksi, membeli logistik secukupnya dan ke toilet akhirnya melanjutkan perjalanan menuju basecamp Ranupane. Ternyata rombongan RTV ini lebih narsis dari pada yang kami duga. Selama menuju Ranupane kami berhenti dua kali untuk berfoto. Yes! Hobi kami sama, saya senang sekali dan yakin bisa berteman baik dengan mereka.

View Gn. Bromo

Pukul 14.30 sampai di Ranupane, briefing pembekalan sampai pukul 15.30. Rencana kami semula adalah langsung mendaki menuju Ranu Kumbolo. Sehingga esok harinya bisa menuju kalimati, dan lusa summit puncak Mahameru. Persis sama dengan itinerary yang saya susun.

Tempat mengurus Simaksi
Rencana tinggal rencana, pukul 15.00, turun hujan begitu deras, langit begitu gelap tak menyisakan harapan sedikitpun. Kami pun mencari tempat untuk menginap. Dengan kelihaian Bang Velo sebagai salah satu wartawan terbaik sepanjang masa, kami mendapatkan tempat stategis, nyaman dan hangat.

Gunung membuat kita begitu mudah bercengkrama layaknya kawan yang sudah lama berjumpa. Sedikit demi sedikit keresahan saya hilang, malam itu saya benar-benar tertidur pulas diiringi hujan sepanjang malam yang tak berkesudahan.

Cuaca masih berkabut

Keesokan harinya kami memulai pendakian pagi sekali, pukul 07.00, cuaca masih dingin dan berkabut, rupanya perjalanan kami masih teramat panjang, Ranupane-Ranu Kumbolo yang hanya berselisih 200 mdpl kami tempuh dalam waktu 7 jam. Why? Lama sekali kan, aslinya hanya 4 jam, 2 jam nyasar, 1 jam foto-foto.

Para penjual semangka Semeru yang sangat tersohor
Beruntung kami memutuskan menunda pendakian, karena semalaman memang hujan deras sekali dan terjadi longsor di pos 3 Watu Rejeng. Cuaca selama pendakian pun kurang baik, diselingi hujan ringan, kabut, dan hembusan angin masa lalu.

Bang Velo di tengah cuaca hujan dan berkabut

Pukul 14.00, saat sedang berfoto di pos 4, sesaat sebelum turun ke Ranu Kumbolo, sekonyong-konyong muncul  seseorang yang saya kenal. Ah ya, itu Bang Ribut salah satu dari rombongan teman saya yang ketinggalan kereta.

#Dia
Mereka start pendakian pukul 11.00 dan sudah sampai pukul 14.00 di Ranu Kumbolo, rasanya GR sekali mereka mendaki dengan kecepatan tinggi untuk menyusul saya, anggaplah seperti itu supaya suasana hati saya tetap bahagia.

Satu persatu rombongan teman saya yang 10 orang berdatangan, ekspresinya bermacam-macam, ada yang dari kejauhan teriak-teriak nama saya, ada yang berlari-lari lalu memeluk, ada yang tersenyum biasa saja, ada yang pura-pura cuek, bahkan ada yang melewati saya diam-diam tanpa menyapa.


Emejing sekali.

Rasanya alam semesta tiba-tiba tersenyum pada saya, bahkan kabut tipis yang menyelimuti Ranu Kumbolo perlahan sirna dan mentari sore bersinar dengan hangatnya.


Bersambung ke SEMERU TAK SAMPAI (3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar