Saya sepakat sepenuhnya bahwa perencanaan yang matang akan menjadi inti dari suksesnya sebuah tujuan. Tapi ternyata saya salah.
Ini memang bukan kisah tentang kehidupan yang terlalu serius, ini hanya tentang sebuah perjalanan, trip, destinasi, journey. Tapi, kisah kehidupan yang tidak terlalu serius bisa jadi memberikan pelajaran kehidupan yang cukup serius.
Tujuan sudah diputuskan, Gunung Semeru, Malang, destinasi paling hits se-nusantara. Tanggal juga ditentukan, hanya 4 hari, supaya yang bekerja kantoran cukup cuti 2 hari saja.
H-90 : membeli tiket kereta untuk saya sendiri dan membelikan tiket untuk 5 orang teman
H-45 : membelikan tiket kereta untuk 10 orang teman lainnya
H-30 : membuat grup whatsaap untuk berkomunikasi antar peserta
H-25 : membuat itinerary pendakian Semeru. Itinerary dibuat cukup rapat karena hanya 4 hari dengan tujuan puncak Mahameru, ada juga opsi Bromo jika ada waktu.
H-24 sd H-7 : berkoordinasi seputar pendakian, peralatan, transportasi, dan teknis-teknis lainnya.
Diskusi paling panjang adalah saat membahas tentang SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi), mau daftar SIMAKSI ONLINE atau SIMAKSI ON THE SPOT. Karena ada kabar, pendakian sangat ramai, sehari dibatasi maksimal 500 orang. Jika sudah memenuhi kuota pada hari tersebut, maka akan dialihkan ke hari berikutnya. Dan itu artinya tidak akan sesuai dengan rencana. Menelepon kantor TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) pun saya lakukan, demi mengetahui info tentang simaksi online.
Namun, dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami putuskan untuk simaksi on the spot saja. Merasa agak tenang karena ada seorang teman di Lumajang yang ikut pendakian dan bersedia mendaftarkan kami lebih awal.
H-2 : belanja logistik, mendatangi Puskesmas terdekat untuk membuat surat keterangan sehat (salah satu syarat pendakian)
H-1 : mendatangi stasiun untuk mencetak tiket, namun ternyata tiket hanya bisa dicetak 12 jam sebelum keberangkatan, regulasi baru PT.KAI, tidak masalah. Saya sampaikan juga di grup tentang hal ini, bahwa harus prepare lebih awal datang ke stasiun.
Hari H : mendatangi penyewaan peralatan outdoor, check list perlengkapan, packing.
Hari H keberangkatan
Saya menaiki kereta yang berbeda dari rekan-rekan yang lain. Saya naik kereta sendiri pukul 17.00, 2 orang teman kereta pukul 12.30, 10 orang teman lainnya kereta pukul 15.15.
Dalam rentang waktu pukul 14.00-15.00 saya packing sambil memantau grup untuk mengetahui posisi teman-teman, seharusnya mereka sudah on the way stasiun. Dan terjadilah! Grup ricuh sekali.
Ada yang sudah sampai stasiun tepat waktu, ada yang menanyakan tiketnya dimana, ada yang masih terjebak macet, ada yang ban motornya bocor, ada yang tertahan di KRL, bahkan ada yang masih bertanya “Jadwal keretanya jam berapa?”. Dan berakhir dengan kesimpulan “ketinggalan kereta”.
Antara percaya tidak percaya dan berharap ini hanya sebuah lelucon, kecewa, kesal, marah dan galau tentu saja. Walaupun hati rusuh, namun pikiran lumayan jernih, saya telepon 2 orang teman yang berangkat pukul 12.30, mereka aman, sudah di jalan. Baiklah, saya berangkat dengan hati mengambang bagaikan butiran debu yang beterbangan..*halah.
Pukul 17.30 mendapat kabar di wa grup bahwa ke-10 teman akhirnya naik travel ke Malang dengan harga yang cukup mahal, 3 x lipat lebih dari harga kereta sebelumnya. Saya tidak peduli, beberapa pesan yang masuk dengan nada permintaan maaf juga tidak saya pedulikan, sepanjang jalan hanya menatap nanar layar TV di kereta yang menayangkan film “Vertical Limit” secara berulang-ulang. Ah kenapa juga filmnya harus ini! Bikin gentar saja..hiks.
Salah seorang dari mereka menyemangati untuk “Jangan Menyerah”. How dare you! Apa maksudnya “Jangan Menyerah”, sama sekali tidak sesuai konteks. Masa saya yang sedang emosi malah dibilang “Jangan Menyerah”.
Akhirnya, tertidur dengan tidak pulas.
Semburat fajar kota Madiun menyapa saya ketika membuka mata. Keindahan pagi selalu membuat suasana hati menjadi tenang. Setelah sholat subuh, membuka layar hp, saya balas satu per satu pesan yang kemarin saya abaikan, saya sudah berdamai dengan keadaan, kalaupun harus melakukan pendakian hanya bertiga dengan peralatan seadanya, saya ikhlas.
Semburat fajar kota Madiun menyapa saya ketika membuka mata. Keindahan pagi selalu membuat suasana hati menjadi tenang. Setelah sholat subuh, membuka layar hp, saya balas satu per satu pesan yang kemarin saya abaikan, saya sudah berdamai dengan keadaan, kalaupun harus melakukan pendakian hanya bertiga dengan peralatan seadanya, saya ikhlas.
Saya pikir teman-teman sudah cukup mendapatkan pelajarannya, membayar travel dengan harga mahal, duduk berpuluh jam di travel, menempuh jarak beratus kilometer demi menggapai Semeru, tentu bukan hal mudah. I do appreciate it.
Pagi itu, saya sudah baik-baik saja. Setelah sebelumnya merasa disia-siakan, karena merasa sudah berusaha melakukan yang terbaik, walaupun effort saya tidak seberapa, hanya merencanakan trip, hanya membelikan tiket, hanya mencari info, hanya mengingatkan ini itu, hanya..ah sudahlah...itu hanya "merasa" saja. Maafkan saya.
Pagi itu, saya sudah baik-baik saja. Setelah sebelumnya merasa disia-siakan, karena merasa sudah berusaha melakukan yang terbaik, walaupun effort saya tidak seberapa, hanya merencanakan trip, hanya membelikan tiket, hanya mencari info, hanya mengingatkan ini itu, hanya..ah sudahlah...itu hanya "merasa" saja. Maafkan saya.
***
Bandung-Malang, 16 jam seorang diri
Akhirnya, sedikit demi sedikit mengerti tentang arti “Jangan Menyerah”
Akhirnya, sedikit demi sedikit mengerti tentang arti “Jangan Menyerah”
Jangan menyerah untuk tetap mengendalikan diri di setiap situasi
Jangan menyerah untuk tetap bahagia saat kenyataan tak sesuai harapan
Jangan menyerah untuk terus mencari solusi
Jangan menyerah untuk tetap fokus pada tujuan
Jangan menyerah untuk bertahan walau badai menghadang #ih kaya lagu
Jangan menyerah untuk memperjuangkan dia #ih ga sesuai konteks
Jangan Menyerah!
Bersambung ke SEMERU TAK SAMPAI (2)
Jangan Menyerah!
Bersambung ke SEMERU TAK SAMPAI (2)
gak nahan sama ceritanya teh....
BalasHapuskereennnnn
Ealah..
BalasHapusTahan dulu, bidannya belum dateng..haha
hahahah.....
BalasHapusJangan menyerah untuk memperjuangkan dia #ih ga sesuai konteks
ini kata2 yang kerenya teh
Dia bahkan tidak tau sedang diperjuangkan #eaaa curhat🙈
Hapusasikkkkk.....
Hapussiapa2 si Dia teh biar nanti saya sampaiken
hehe