Sudah sejak lama ingin berkunjung ke Kampung Naga. Suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat. (www.wikipedia.org)
Kami berangkat dari kota Tasik, letaknya kurang lebih 25 km ke arah Garut. Ponakan-ponakan kecil saya juga sangat penasaran dengan Kampung Naga. Di bayangan mereka, di sana akan menemui sesuatu yang “besar” dan misterius seperti namanya. Padahal setau saya, kata “Naga” bukan menggambarkan nama binatang besar yang menyemburkan api, melainkan singkatan dari kata “na gawir” artinya “di lembah/jurang”. Tapi pastinya kunjungan ke Kampung Naga akan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mereka tentang kehidupan pedesaan yang masih kuat adat istiadatnya.
Kami melihat beberapa rombongan ibu-ibu beriringan menuju Kampung Naga sambil membawa “boboko”. Saya coba sapa sambil bertanya siapa mereka, membawa apa, dan ada acara apa? Ternyata mereka ada penduduk sekitar yang masih ada hubungan kekerabatan dengan penduduk Kampung Naga. Perlu diketahui jumlah rumah di Kampung Naga tidak pernah bertambah, jadi sebagian penduduk banyak juga yang sudah meninggalkan Kampung Naga dan tinggal di sekitar kampung setempat.
Para penduduk yang tadi datang, membawa boboko berisi tumpeng. Tumpeng ini akan disimpan dan didoakan di masjid Kampung Naga. Sebentar lagi akan ada acara keagamaan, mendoakan keselamatan seluruh warga. Acara ini diadakan di hari-hari besar keagamaan, misalnya pada tanggal 1 syuro/ 1 muharram, bulan Rayagung/ Idul Adha atau Idul Fitri. Tumpeng-tumpeng itu setelah didoakan akan dibawa pulang kembali dan akan disantap di rumah masing-masing. Ini adalah salah satu kebiasaan mereka untuk bisa bersilaturahmi dengan warga Kampung Naga dan agar selalu mendapatkan keberkahan.
Setelah mengobrol ke sana ke mari, kami berkeliling-keliling sekitar Kampung Naga, saya perhatikan penduduk Kampung Naga sudah berbaur dengan penduduk sekitarnya, perbedaannya hanya terletak pada pakaian mereka yang serba putih dan tidak mengenakan alas kaki. Selain kami, banyak juga wisatawan yang berkunjung baik lokal maupun mancanegara. Ini daftar tamu-tamunya. Luar biasa sekali bahkan dari hampir dari semua negara pernah berkunjung ke sini.
Melihat rumah mereka yang berbentuk panggung, beratapkan ijuk, dinding terbuat dari anyaman bambu tanpa cat, rasanya seperti terlempar ke masa puluhan tahun silam. Betapa mereka sangat istiqomah mempertahankan warisan leluhur.
Kampung adat seperti ini pastinya berdekatan dengan sungai sebagai sumber air untuk bercocok tanam maupun sumber air bersih untuk sehari-hari. Namun jangan khawatir untuk para wisatawan, sudah tersedia toilet. Jangan lupa membeli beberapa cindera mata di toko-toko oleh-oleh yang tersebar di sekitar Kampung Naga. Ada beberapa kerajinan yang mereka buat sendiri seperti gayung, cobek, dll. Tas-tas rajut, gantungan kunci ternyata tidak mereka produksi sendiri, tapi mengambil dari Rajapolah, sentra industri kreatif di Tasikmalaya.
Setelah dirasa cukup berkeliling, kami berniat untuk pulang, namun ponakan-ponakan saya nampaknya tidak ingin langsung pulang. Tanpa dikomando mereka berlari-lari menuju sungai dan main air sepuasnya di sana. Airnya sangat jernih dan menyegarkan, di sisi sebelah sana, nampak juga beberapa orang sedang memancing.
Ketika pulang jalanan lumayan menanjak, membeli lukisan pinggir jalan untuk kenang-kenangan dan jangan lupa minum kelapa muda untuk mengembalikan stamina setelah berjalan seharian.
*****
Dengan biaya yang sangat murah, bahkan gratis, kita bisa belajar hal-hal berharga.
Kesederhanaan dan keteguhan hati mempertahankan adat istiadat di tengah zaman modern, sikap menghormati warisan leluhur, keramah-tamahan, mengizinkan banyak tamu berkunjung untuk mempelajari adat istiadat mereka, bagaimana memenej sumberdaya alam yang dimiliki, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar