Kamis, 19 Maret 2015

TERAMAT SANGAT .... (2)


Sebelumnya Teramat Sangat ... (1)

Di situ kadang saya merasa sedih.

Demam batuk pilek berganti ganti, tapi kok hampir dua bulan lamanya, aneh. Sempat hampir sembuh, sakit lagi, hampir sembuh, sakit lagi dan seterusnya.

Memang tidak seperti biasanya, hari ini pun tidak seperti biasanya, rasanya sakit, lelah fisik dan emosi, lelah akan banyak hal.


Saya perlu bertemu orang-orang, siapapun itu.

Mau menuju ke kantor, pasti di sana banyak orang dan akan memunculkan pertanyaan, mengapa muka saya kacau begini. Menuju yayasan tempat mengajar, tapi tidak ada jadwal mengajar, murid-murid libur.


Akhirnya menuju tempat favorit yang sudah lama saya tidak ke sana. Toko buku Palasari. Sengaja melakukan gerakan lambat-lambat sambil memperhatikan sekitar. Memperhatikan jalanan, memperhatikan tukang parkir, usianya sudah cukup tua kira-kira 50-tahunan, selalu berdiri di pinggir jalan dan melambaikan tangan kepada setiap kendaraan yang lewat, berharap kendaraan tersebut akan parkir.


Saya berjalan perlahan menuju gang belakang, mencari buku yang ingin saya baca. Buku yang kira-kira tidak mudah saya menemukannya. Ah ya! Buku tentang kota di mana saya tinggal. Buku tentang “Bandung”.


Memasuki toko yang biasa saya datangi, memperhatikan segerombolan mahasiswi yang mencari buku tentang penelitian. Buku yang saya cari tidak ada. Berjalan ke toko ke-2, masih mencari, namun tidak ada, berjalan ke toko ke 3, masih tidak ada. Saya sudah tidak berambisi lagi menemukan buku itu, hanya berjalan saja. Di Palasari ini pedagangnya sangat ramah, setiap kali melewati toko selalu ditanya sedang mencari apa. Memang tempat ini sangat cocok untuk saya yang sedang ingin bicara, dengan siapapun.


Kalau saya perhatikan Palasari tidak seramai dulu, animo masyarakat pergi ke sini nampak berkurang setelah banyak bermunculan toko buku diskon yang menawarkan diskon 10%-30% all item. Jika bisa dapat harga sama untuk apa repot-repot. Tentunya belanja di toko lebih nyaman, bersih ber-AC, apalagi saat cuaca hujan atau panas. Namun tetap saja, Palasari tetap yang terlengkap, banyak buku yang dijual di sini tidak bisa kita temukan dimanapun, termasuk buku terbitan lama, buku bekas, buku berbahasa Inggris dll.


Setelah berbicara kepada lebih dari 5 penjual, sampailah saya di salah satu toko buku bekas, ia tunjukkan buku tentang Bandung Tempo Doeloe. Saya melihat beberapa halaman berisi foto-foto Bandung dahulu. Sangat mengesankan, masih sama bangunan-bangunannya, jl. Braga, Naripan, Asia Afrika. Kata Aa penjual hanya ada satu tempat yang berubah di Braga yaitu dijadikan sebuah hotel. Ya saya ingat, hotel itu, benar-benar baru dan menghilangkan bangunan aslinya. Kata Aa-nya lagi dulu sempat terjadi kontroversi hati saat membangun hotel itu, sama sekali tidak tahu, hanya bisa manggut-manggut.

Sambil menunggu buku yang sedang dicari, saya perhatikan serombongan mahasiswa mencari buku Hukum Perdata Islam, hanya ada hukum Islam, kata salah satu di antara mereka “Tidak ah, nanti malah hukum fiqih, kita kan nyari hukum perdata”.


Buku saya ada “Bandung Purba, Panduan Wisata Bumi”. Senangnya, tidak lupa minta disampul, namun toko itu tidak menyediakan.


Sebenarnya di rumah punya banyak sampul plastik, namun karena saat ini saya sedang ingin bertemu orang lain, jadi mencari tukang sampul buku di depan Palasari, saya perhatikan kerjanya cepat sekali, tidak sampai 5 menit buku sudah tersampul rapi dan hanya membayar dua ribu rupiah saja. Supaya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, berapa buku ya..yang harus disampul?


Urusan buku sudah selesai, saya kembali perhatikan sekeliling, melihat ada tukang lowmie. Lapar? pasti. Hanya saja tidak nafsu makan, jangankan makan dan minum, bersin, nelan ludah saja tenggorokan sakit sekali. Namun sudahlah, tujuannya kan ingin bertemu orang-orang. Saya pesan, tanpa kangkung, tanpa ceker, makan sebisanya, sambil kembali memperhatikan sekeliling. Ada tiga rombongan wanita yang makan lowmie, ternyata penyuka lowmie memang wanita ya.


Yang menarik di depan saya ada seorang pria memegang hp sony experia dengan wallpaper istri dan anaknya, membawa map yang sangat tebal. Berkali-kali melakukan panggilan telepon. Kurang jelas dia bicara apa, namun nadanya sangat sopan dan rasanya cukup akrab. Pasti dia seorang marketing/sales. Tapi sales apa saya tidak tahu. Sambil membayar lowmie saya lirik apa isi map itu, ternyata catalog hp, oh seorang sales hp/elektronik.

Lihatlah!

Lihatlah sekeliling, lihatlah betapa semua orang juga sedang berikhtiar, berusaha, hidup ini memang berat, penuh perjuangan, namun hidup ini juga teramat singkat, harus diisi dengan sesuatu yang bermanfaat.

Satu tujuan lagi, mengembalikan barang ke tempat seorang sahabat, saya datang di luar waktu janjian, jadi ia sedang sibuk. Tidak masalah, duduk menunggu sambil berbicara via whatsapp dengan sahabat lain yang jauh di sana. Setelah senggang, ia cukup terkejut dengan wajah dan ekspresi saya yang tidak biasanya.


Mengalirlah nasihat dan petuah untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, diberi vitamin dan jambu merah (yang katanya mengandung vitamin C tinggi), diberi catatan obat dan vitamin yang bisa dibeli di apotek. Diberi cerita juga tentang mengapa doa tak kunjung terkabul, diberi buku tentang solat, wudhu, dan dzikir untuk saya pelajari.


Subhanallah. Semoga Allah selalu memberkahimu, sahabatku.

Masalah memang tidak serta merta selesai, namun melihat sekeliling, bertemu orang-orang, berbicara dengan orang lain, selalu bisa menjadi sumber energi terbarukan #kok mirip iklan.

***

”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Q.S Al-Hadiid: 22-23)


Bergembira sekedarnya

Bersedih sewajarnya

Bersyukurlah sebanyak-banyaknya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar