Selasa, 23 Desember 2014
MUSIM MANGGA
Bulan Desember di pinggiran kabupaten Cirebon tetap terasa panas walaupun sudah memasuki musim penghujan. Demi menyegarkan suasana siang yang sangat panas, saya lirik kebun tetangga di mana pohon mangganya sedang berbuah. Tentu saja bukan mau mencuri, saya ambil mangga-mangga yang jatuh di sekitarnya. Ada yang masih mentah, ada yang busuk, ada yang matang namun sudah “korowok” (bolong/sudah digerogoti), sebagian dimakan tupai/bajing/squirrel.
Oia ngomong-ngomong tentang “korowok”, desa saya dahulu terkenalnya bernama “Desa Buah Korowok”, buah dalam bahasa Sunda artinya mangga. Namun karena kurang menjual, nama desa diganti menjadi Sukadana, matre sekali ya..haha.
Akhirnya, yang bisa saya makan hanya yang “korowok” itu, karena sudah pasti matang, tidak busuk dan manis. Karena tupai itu pemilih mangga yang sangat bagus, jika sudah dikorowoki oleh dia, pasti matang dan manis. Saya sih sudah biasa makan mangga “korowok”, tapi ayah saya merasa iba dan menyuruh untuk beli saja di pasar.
Ok, walaupun panas terik, saya pergi ke pasar, mumpung sedang musimnya.
Beberapa macam mangga yang saya beli.
- Mangga gadung/arumanis
Ini mangga paling ngetop yang dibudidayakan di Indonesia, selalu ada di pasar, supermarket, restoran, dll
- Mangga manalagi
Kecil, jika matang juga warnanya tetap hijau, keras dan manisnya manis sekali tanpa ada rasa asam
- Mangga dermayu
Kalau di supermarket jarang ada, di pasar sih banyak yang jual, rasanya agak manis hambar gitu deh
- Mangga xxx
Tidak tahu namanya mirip mangga golek tapi tidak bergetah, berserat, baunya seperti gula, rasa lumayan manis
Ternyata kalau di-list, jenis-jenis mangga itu sangat banyak, setahu saya ada:
- Mangga gedong
- Mangga lahang
- Mangga cengkir
- Mangga sengir (eh..betul ga ya)
- Mangga golek
- Mangga kempek
- Mangga kalebet <<haha
- Dan masih banyak lagi yang saya tidak tahu
Cuma memang yang paling populer itu mangga arumanis. Saya pikir orang-orang pintar di IPB or universitas di manapun banyak melakukan riset pemuliaan tanaman termasuk jenis mangga ini. Saya pernah kok lihat mangga di “Total Buah” harga per kilonya Rp100.000, ow..mangga apa itu, pegang saja saya sudah takut.
Tapi betul kok..di majalah trubus disebutkan berbagai riset dilaksanakan untuk mencari spesies mangga terbaik. Tingkat kemanisan buah diukur dengan alat briks (refractometer brix). Berbagai uji coba dilakukan untuk mencapai nilai kemanisan tertentu. Tapi kenapa mangga yang sampai pada konsumen tetap mangga yang itu-itu saja dengan rasa, tekstur, dan tingkat kemanisan begitu-begitu juga (jangan bilang makannya sambil ngaca ya -_-).
Nampak tidak ada jembatan antara para peneliti dan petani mangga. Harusnya itu peran pemerintah.
****
Ah sudahlah, nampak berat sekali peran pemerintah kita..selain mengurusi dampak kenaikan BBM harus mengurus juga tingkat kemanisan buah mangga.
Lupakan saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar