Jumat, 28 Oktober 2011

Belajar Menulis


Menulis bukan hal asing bagi setiap orang, sejak dahulu kala kita sudah terbiasa menulis, bahkan sejak kecil setelah berhasil mengeja huruf, kita diajarkan menulis oleh orang tua dan para guru kita. Lalu, bergulirlah karir penulisan kita dari sejak SD sampai kuliah dengan tulisan-tulisan seputar pelajaran sekolah. Saya sendiri kadang nyambi, jadi penulis kegiatan-kegiatan sekolah, alias jadi sekretaris atau notulen dan menjadi penulis majalah sekolah. Bahkan pernah juga bekerja di sebuah perusahaan menjadi seorang penulis.

Tapi dunia menulis yang kali ini kita bicarakan berbeda dari itu semua. Kita akan mulai membicarakan seputar penulisan sebuah cerita sehari-hari, cerita perjalanan, novel baik fiksi maupun non fiksi. Karena saya sendiri masih belajar menulis, jadi yang akan saya tulis asli bukan karya sendiri, melainkan karya Gola Gong dalam bukunya Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup.

Gola Gong mengatakan “Menuliskan dengan hati dan membacanya lagi dengan menggunakan pikiran.”

Seperti apakah menulis dengan hati itu? Yang pertama dilakukan adalah mencari ide tulisan melalui riset. Riset bisa dilakukan di mana saja, misal di lapangan, di rumah, membaca buku, atau menjelajah internet. Contoh, suatu hari, Gola Gong terdampar di suatu stasiun. Seorang anak penyemir sepatu menghampiri.  Untuk menemukan ide, dia membiarkan si anak menyemir sepatunya. Lalu menerapkan metode jurnalistik yaitu 5W 1H (when, where, why, what, who, dan how).

Kemudian, mengobrol dengan anak tersebut. Itu adalah bagian dari riset lapangan, ada observasi dan wawancara. Banyak hal yang ia perolah di stasiun. Dia tulis segalanya tentang si penyemir (who/siapa/karakter). Tentang stasiun dan keretanya (where/setting/latar tempat). Tentang orang-orang yang baru datang dan pergi. Tentang para pedagang. Tentang apa saja, untuk melatih membiasakan diri menuliskan tentang suasana. Juga melatih dirinya untuk terus berempati dengan masyarakat di sekeliling. Karena pengarang juga tidak akan pernah terlepas dari peran sosialnya.

Setelah usai menuliskannya, di hari lain, Gola Gong kembali membaca tulisan tersebut. Itulah saatnya menggunakan pikiran dengan memakai aturan-aturan seperti:
  • Sinopsis
  •  Plot
  • Karakter
  • Konflik
  • Ending

Coba pikirkan apa yang telah ditulis. Adakah di dalamnya terdapat sinopsis, kerangka ceritanya? Terasakah plot, alur ceritanya? Adakah karakter para tokohnya yang bisa kita kembangkan? Konfliknya, bagaimana? Serta ending-nya? Jika ada peluang, gunakan imajinasi kita.

Gola Gong menyarankan para penulis pemula untuk mulai berlatih menulis di buku harian. Tentang hujan (latar suasana), keindahan sebuah kota (latar tempat), sahabat kita (latar watak/karakter), cerita teman-teman di sekolah/ kampus/kantor (plot/alur cerita).

Menulis, tidak sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas atau di komputer, tapi melakukan tugas-tugas seperti seorang ilmuwan, riset lapangan dan riset pustaka. Melakukan observasi dan wawancara. Melakukan pemetaan, mengumpulkan data. Gunakan menulis sebagai media untuk mendokumentasikan sebuah situasi dan kondisi pada suatu masa, menyebarkan gagasan dan ideologi yang kita anut.

Lalu. Bagaimana menemukan ide untuk menulis? Akan saya tulis dalam posting selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar