Mendengarkan Bang Jay di acara radio The Power of Life>>
“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembukaan .. bla..bla..bla. Bahwa kemerdekaan adalah hak suatu bangsa. Itu keliru! Yang benar: Kemerdekaan adalah kewajiban suatu bangsa!”
Wah keterlaluan sekali ini Bang Jay, berani-beraninya
menyalahkan UUD 1945. Tapi coba saya dengarkan kelanjutannya.
Pantas saja selama ini hanya menuntut, karena di
undang-undangnya sudah keliru! Sebuah film karya John Wilker (entah
diproduksinya tahun berapa) menceritakan bahwa di Inggris ada sebuah celana
berlabel made in Indonesia, dijual Rp110.000 per potong, sedangkan buruh yang
membuatnya hanya dibayar Rp500 per potong. Produk lain, sebuah sepatu terkenal,
dijual Rp1,4 juta, sedangkan buruhnya hanya dibayar Rp5.000 per sepatu. Apalagi
jika membandingkan upah buruh dengan biaya iklan sepatu tersebut oleh Tiger
woods..ah sudahlah..miris sekali.
Singapura, salah satu negara eksportir ikan hias terbesar di
dunia. Tapi apakah Anda tahu? Ikannya berasal dari Indonesia. Orang Indonesia
hanya diberi upah untuk mengambil ikan-ikan tersebut.
Bekerja pada orang lain, menuntut hak pada orang lain. Itu
yang banyak dilakukan di negeri ini. Mungkin karena lebih mudah. Mungkin juga
sudah terplot pada saat dijajah dulu, VOC anggotanya 80% orang Indonesia.
Tetapi dibuatlah perpecahan, orang sumatera menyerang orang Jawa, orang Jawa
menyerang orang Kalimantan. Setiap orang hanya setia pada yang membayar.
Setiap orang pasti ingin sukses, tapi coba bandingkan pola
pikirnya..
Sukses itu merupakan hak saya!
Saya sudah sekolah dari kecil, saya berhak untuk sukses.
Saya harus tuntut, harus melibatkan orang lain. Kalo saya kerja lalu tidak
sukses, berarti saya harus tuntut perusahaan karena membuat saya tidak sukses.
Coba ganti kalimatnya.
Sukses adalah kewajiban saya!
Kewajiban yang harus saya tunaikan dengan cara apapun.
Kalau saya kerja lalu tidak sukses, berarti saya belum
melakukan cara-cara agar bisa sukses. Maka dapat dipastikan diri kitalah yang
harus berubah agar kesuksesan tercapai, bukan menuntut orang lain untuk membuat
kita sukses.
Parameter kesuksesan sendiri pasti berbeda untuk setiap
orang dan setiap masa. Misalnya pada masa muda, kita merasa sukses jika
memiliki banyak uang. Ada juga orang yang merasa sukses apabila bisa bermanfaat
bagi orang lain. Karena kualitas ukuran manusia adalah manfaat (seperti halnya kualitas
ukuran emas= karat, kualitas ukuran bensin=oktan). Tapi masih sedikit orang
yang sejak masih muda memiliki ukuran sukses jika bermanfaat bagi orang lain. Kebanyakan
dari kita mengukur sukses dari harta duniawi yang kasat mata saja.
So…menjadikan sukses adalah hak atau kewajiban, itu
terserah masing-masing orang.
Wallahu’alam bishowab…